Jakarta . Sidang ke-11 pimpinan sekaligus pemilik Ar Rahmah Media, M Jibriel, Selasa, 4 Mei 2010 menguak hubungan antara murid dan guru, M Jibriel dan Noordin M Top yang tak sepaham. Abu Wildan, saksi yang dihadirkan oleh Kuasa Hukum M Jibriel menjelaskan bahwa M Jibriel kerap tidak sepaham dengan gurunya ketika itu, Noordin M Top yang terkesan 'keras'. Persaksian Abu Wildan ini tentu saja membantah dakwaan JPU (Jaksa Penuntut Umum) sebelumnya yang menyatakan bahwa diantara M Jibriel dan Noordin M Top terdapat hubungan emosional yang erat.
Nasir Abbas Kembali Absen & Sidang Lebih Awal
Pada sidang kali ini, Nasir Abbas kembali tidak hadir untuk dijadikan saksi ahli dan hanya mengirimkan surat. Surat itu kemudian dibacakan oleh Firmansyah selaku JPU. Kuasa hukum M Jibriel pun melayangkan protes dan menanyakan kepada majelis hakim tentang ketidak hadiran Nasir Abbas yang dijadikan saksi ahli dan kemudian tetap dipaksakan untuk dibacakan suratnya. Juga perlu dipertegas, Nasir Abbas ini saksi ahli dalam hal apa, begitu ungkap kuasa hukum M. Jibriel. Sayangnya keberatan tersebut lagi-lagi ditolak oleh hakim.
Sidang kali ini juga berlangsung lebih awal dari biasanya yang molor, yakni dimulai pukul 11.40 WIB. Setelah membacakan surat dari Nasir Abbas yang isinya persis sama dengan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dirinya, dan tidak ada satu relevansi pun dengan M Jibriel yang didakwa. Isi BAP Nasir Abbas berkutat pada penjelasan organisasi atau jamaah JI (Jamaah Islamiyyah) yang dahulu diikutinya, juga masalah-masalah pola dan proses rekruitmen yang dilakukan oleh Noordin M Top.
Abu Wildan : M Jibriel Tak Sepaham Dengan Noordin M Top
Abu Wildan, saksi yang dihadirkan oleh kuasa hukum M Jibriel kali ini, merupakan guru dari M Jibriel, ketika di Malaysia, tepatnya di Pondok Pesantren Luqmanul Hakim, Johor, Malaysia. Pada saat yang sama, Noordin M Top juga bertindak sebagai guru M Jibriel, yang bersama-sama dengan Abu Wildan selama kurang lebih tiga sampai empat tahun.
Namun menurut Abu Wildan, Noordin M Top termasuk guru yang 'keras' yang karenanya beberapa murid tidak sepaham dengannya, termasuk M Jibriel. Abu WIldan mengatakan :
"Noordin punya azzam yang kuat. Jadi kalau beliau punya target harus dicapai. Termasuk Jibril yang menjadi target. Juga semua murid-murid Noordin. Saya tahu karena satu asrama dengannya," ujar Abu Wildan.
Menurut Abu Wildan, telah terjadi ketidaksefahaman antara Noordin M Top dengan M Jibriel, bahkan menurutnya M Jibriel pernah mau mengadakan perlawanan kepada Noordin M Top, namun dilarang olehnya. Pada saat itu, Noordin mengajar untuk mata kuliah psikologi, bahasa Melayu, dan komputer. Abu Wildan menyatakan bahwa dirinya lebih lama mengenal M Jibriel dibandingkan dengan Noordin.
Dalam kesempatan tersebut, hakim ketua sempat menanyakan kepada Abu Wildan mengapa dirinya memakai nama-nama lain atau nama alias. Abu Wildan kemudian menjawab bahwa nama alias atau kunyah di dalam Islam merupakan sunnah (anjuran). Seperti dirinya bernama Abu Wildan, berarti ayahnya atau bapaknya Wildan.
Nabi SAW menggunakan dan memiliki beberapa nama, demikian juga para sahabat. Bahkan Allah SWT memiliki 99 nama, begitu ungkapnya yang sontak membuat hakim ketua tersenyum dan manggut-manggut. Sidang pun akhirnya ditutup dan akan dilanjutkan pada selasa depan dengan agenda khusus hanya memeriksa dan menanyakan kembali M Jibriel. Mohon doa dan support selalu dari seluruh kaum Muslimin. Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)
Kamis, 06 Mei 2010
Senin, 03 Mei 2010
Amir Taliban Pakistan Berjanji Akan Membalaskan Dendam Terhadap AS
WAZIRISTAN - Amir Taliban Pakistan yang telah berkali-kali diberitakan tewas dalam serangan misil AS, Hakimullah Mehsud hafidzahullah, telah bersumpah akan melakukan serangan untuk Amerika Serikat dalam beberapa bulan ke depan untuk membalaskan dendam terhadap para pemimpin Mujahidin yang dibunuh AS.
Pernyataannya ini disebarkan dalam sebuah video terbaru.
"Waktunya sangat dekat ketika orang-orang kami yang beriman akan melakukan serangan ke ibukota Amerika Serikat," ujarnya dalam video tersebut.
Ia mengatakan Tehrik-e-Taliban akan menyerang AS "untuk para pemimpin Islam terbaik, termasuk Beitullah Mehsud dan lainnya yang berasal dari jaringan Al-Qaeda".
Mehsud diyakini tewas dalam salah satu serangan misil AS di wilayah Baratlaut Pakistan pada Januari lalu, namun intelijen Pakistan mengatakan bahwa dirinya selamat dari serangan.
Saat itu pejabat Pakistan beramai-ramai menyatakan bahwa Mehsud berhasil dieliminasi dalam sebuah serangan misil AS, bersama dengan 10 mujahid lainnya. Ia mengalami luka serius ketika misil ditembakkan dan menghantam sebuah kendaraan di daerah Shktai, perbatasan antara utara dan selatan Waziristan.
Otoritas Boneka Pakistan menawarkan uang sejumlah 590.000 USD untuk siapa saja yang bisa menangkap atau memberikan informasi mengenai keberadaan Mehsud. (haninmazaya/ptv/arrahmah.com)
Pernyataannya ini disebarkan dalam sebuah video terbaru.
"Waktunya sangat dekat ketika orang-orang kami yang beriman akan melakukan serangan ke ibukota Amerika Serikat," ujarnya dalam video tersebut.
Ia mengatakan Tehrik-e-Taliban akan menyerang AS "untuk para pemimpin Islam terbaik, termasuk Beitullah Mehsud dan lainnya yang berasal dari jaringan Al-Qaeda".
Mehsud diyakini tewas dalam salah satu serangan misil AS di wilayah Baratlaut Pakistan pada Januari lalu, namun intelijen Pakistan mengatakan bahwa dirinya selamat dari serangan.
Saat itu pejabat Pakistan beramai-ramai menyatakan bahwa Mehsud berhasil dieliminasi dalam sebuah serangan misil AS, bersama dengan 10 mujahid lainnya. Ia mengalami luka serius ketika misil ditembakkan dan menghantam sebuah kendaraan di daerah Shktai, perbatasan antara utara dan selatan Waziristan.
Otoritas Boneka Pakistan menawarkan uang sejumlah 590.000 USD untuk siapa saja yang bisa menangkap atau memberikan informasi mengenai keberadaan Mehsud. (haninmazaya/ptv/arrahmah.com)
Minggu, 02 Mei 2010
Refleksi Jihad Aceh 2010
Kemunculan kelompok jihad yang menamakan diri dengan Tandzim Al Qaeda Serambi Mekah pada awal Maret 2010 tentu mencengangkan banyak pihak. Apalagi setelah itu terjadi perburuan, penembakan, dan penangkapan secara beruntun kepada Tandzim Al Qaeda ini yang sempat melakukan perlawanan. Semua pihak beramai-ramai membuat analisa menurut perspektif masing-masing. Ada yang setuju, tidak sedikit yang mencerca. Berikut sebuah analisa yang dimuat di sebuah blog 'elhakimi' yang akan dimuat secara bersambung. Semoga bermanfaat!
Jihad Aceh yang terjadi pada awal Maret 2010 begitu mengagetkan. Ketika sebelumnya masyarakat disibukkan dengan gonjang-ganjing Century, begitu muncul berita jihad Aceh, langsung Century dilupakan. Mengagetkan karena sebelumnya Aceh dikenal sebagai basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sangat bercitra lokal, berubah menjadi basis Al-Qaeda yang bercitra global.
Lebih mengagetkan lagi, mereka - yang selalu mendapat sebutan teroris itu - melakukan perlawanan dalam bentuk adu senjata secara terbuka di alam bebas. Hasilnya sungguh mengegetkan, beberapa anggota densus 88 yang dicitrakan sebagai pasukan preman seperti Blackwater - lengan bajunya dilinting untuk menonjolkan kesan macho - bisa dibunuh oleh mereka.
Sontak, berita Al-Qaeda Aceh menjadi boming. Belum reda panasnya kontak senjata di Aceh, segera disusul dengan tertembaknya (Ab) Dulmatin alias Amar Usman yang kepalanya dihargai 10 juta dolar oleh Amerika. Media masa hingar bingar memblow-up peristiwa ini.
SBY yang dirundung duka dengan tekanan bertubi-tubi terkait kasus Century, sontak wajahnya sumringah dan berseri-seri. Ia mendapat amunisi bagus untuk menutupi kasus Century. Di sisi lain, ia yang tengah berkunjung ke Australia dan mendapat "kehormatan" untuk menjadi pembicara di parlemen Australia - konon baru 5 kepala negara yang diberi kesempatan untuk itu - memiliki kesempatan istimewa untuk menjilat Australia. Ia dengan mengucap "alhamdulillah" melaporkan kepada tuannya keberhasilan menangkap gembong teroris (baca: tokoh mujahid) yang selama ini diincar seluruh dunia kafir.
Banyak analisa yang beredar di tengah masyarakat. Tapi sayang, umumnya terbelah dalam dua kubu yang sama-sama tidak benar dalam menyikapi masalah ini. Memandang masalah dengan kacamata yang salah.
Kubu Pertama: Penganut Teori Konspirasi
Penganut mazhab ini melihat jihad Aceh sebagai konspirasi SBY dan kepolisian RI untuk mengalihkan perhatian semata dari kasus Century yang puncaknya pada awal Maret 2010 lalu. Atau, konspirasi pematangan situasi untuk memberangus kaum radikal agar tercipta keamanan maksimal saat kunjungan Obama ke Indonesia yang dijadwalkan akhir Maret. (Alhamdulillah, tertunda hingga Juni, katanya).
Teori konspirasi esensinya adalah mekanisme "menyalahkan" musuh dengan menutup mata bahwa gerakan perlawanan di tengah umat Islam sejatinya realitas yang tak bisa ditolak. Teori konspirasi selalu berkonotasi bahwa musuh Islam amat hebat, bisa merancang apa saja dan merealisasikannya laksana alur cerita film, sementara umat Islam hanya sekawanan "kambing congek" yang bodoh dan tertindas. Teori konspirasi dilandasi pandangan bahwa sutradara segala kejadian di alam semesta adalah Yahudi, Israel, AS, Eropa, CIA, BIN, Kepolisian, dan seterusnya. Teori ini menihilkan taqdir Allah, kemampuan mujahidin dan umat Islam. Apapun kejadian yang merugikan umat Islam, selalu jawabannya sama: ada konspirasi Yahudi di baliknya. Seolah Yahudi "Penguasa Alam Semesta" yang seluruh rencananya dapat terjadi laksana skenario film di tangan sutradara.
Misalnya, ketika membedah serangan WTC yang meruntuhkan simbol ekonomi AS, para penganut teori konspirasi terbelenggu keyakinan bahwa itu semua bikinan AS. Usamah bin Ladin hanya pion yang dimanfaatkan oleh AS untuk mengacak-acak umat Islam. Buktinya? Dahulu saat Afghanistan melawan Uni Sovyet, mujahidin mendapat sokongan dari AS. Di dalamnya termasuk Usamah bin Ladin.
Mata rantai logika yang disusun, lalu kesimpulan yang dihasilkan sangat menggelikan. Mereka tidak sadar, teori ini bisa menyeret kesimpulan lain; bahwa nabi Musa as sebenarnya antek Fir'aun. Dalilnya? Karena pernah diasuh Fir'aun di istananya.
Para penganut mazhab konspirasi tidak percaya bahwa mujahidin bisa melakukan serangan spektakuler 11 September itu. Mereka terpenjara oleh pengalaman umat Islam yang terjajah sekian lama, tak mungkin ada di tengah umat Islam yang mampu melakukan perlawanan kepada kaum kafir.
Para penganut mazhab konspirasi berdalih, teknologi AS demikian canggih sehingga mustahil ada pesawat sipil yang lolos dari intaian radar AS, di negerinya sendiri. Mereka melupakan Ke-Maha Kuasa-an Allah, yang bisa menjadikan api yang pasti membakar, tidak memberi efek membakar bagi Ibrahim as. Mereka lupa, bahwa taqdir hancurnya WTC justru dengan membuat kaum Yahudi mengendus rencana penyerangan, dan mereka sengaja membiarkannya demi mengobarkan perang melawan umat Islam yang memang mereka inginkan. Inilah jalan taqdir yang Allah kehendaki untuk hancurnya WTC.
Para penganut mazhab konspirasi salah menyimpulkan. Mereka menyangka, sikap Yahudi yang membiarkan penyerangan berjalan mulus merupakan bukti konspirasi antara AS dengan Usamah bin Ladin. Subhanallah... Gara-gara teori menyesatkan ini, mereka menuduh mujahid yang prestasi jihadnya diakui dunia sebagai antek AS. Menuduh tokoh jihad sebagai pengkhianat hanya disebabkan teori konspirasi.
Penganut mazhab ini sangat banyak jumlahnya. PKS, HTI dan hampir seluruh elemen umat Islam yang beraliran perlawanan tapi modernis menggunakan mazhab ini. Lihat misalnya situs Eramuslim dan Hizabuttahrir. Analisanya selalu dilandasi teori konspirasi. Menyedihkan !
Kedua: Penganut Neo-Murji'ah
Penganut mazhab ini yakin seratus persen terhadap informasi yang datang dari pihak pemerintah, dalam hal ini kepolisian. Bahwa pelaku adalah kalangan umat Islam yang dengan sengaja melawan pemerintah yang "sah". Penganut Neo-Murji'ah mengambil sikap memusuhi para pelaku, dan percaya bahwa kejadiannya memang benar, bukan rekayasa atau hasil konspirasi tertentu, misalnya dari pihak pemerintah.
Penganut mazhab ini umumnya dari kalangan Salafi Murji'ah. Mereka menolak teori konspirasi, tapi di sisi lain, menghujat mujahidin dengan kalimat yang tajam. Biasanya menyebutnya sebagai Khawarij. Silakan lihat fenomena ini misalnya si situs-situs SM (Salafi Murji'ah) dan Radio Rodja Cileungsi. Salah satu tokoh penting mazhab ini Zainal Abidin (pendiri radio Rodja).
Kesalahan mazhab ini terletak pada kebenciannya yang membabi buta terhadap mujahidin. Mereka sama sekali tak mau mengakui status para "teroris" sebagai mujahidin. Bagi mereka para mujahidin lebih dibenci dibanding kebencian mereka terhadap George Bush, Ariel Sharon, Geert Wilders, dan tokoh-tokoh perusak Islam lain.
Penulis heran, jangan-jangan mereka belum pernah mempelajari konsep Wala' wal Bara' dengan benar. Atau kalaupun mempelajarinya, pasti dengan persepsi yang salah. Mereka sangat mencintai Sunnah, tapi sayang tidak mampu memilah mana musuh dan mana kawan. Mereka mengidentikkan istilah Teroris dengan Khawarij. Hasilnya, menurut mereka, Teroris akan menjadi anjing-anjing neraka Jahannam!
Mazhab Wasath (Aliran Pertengahan)
Bertolak belakang dengan hujatan kaum SM, penganut mazhab wasath dengan penuh rasa cinta menyebut mereka yang diberi gelar Teroris sebagai Mujahidin. Tentu saja Teroris yang muslim, dan ada kaitannya dengan membela Islam dan umat Islam. Bukan Teroris seperti Tentara Basque di Spanyol yang beragama Kristen.
Demikian pula, tak mau memandang jihad Aceh dengan teori konspirasi. Semuanya benar adanya, dilakukan oleh kalangan umat Islam yang sangat merindukan jihad dan mati syahid. Mereka termotivasi pahala yang demikian menggiurkan untuk aktifitas jihad dan karunia mati syahid. Adapun kejadiannya yang menyusul ramainya skandal Century, sama sekali tak bisa dipahami bahwa jihad Aceh hasil rekayasa kepolisian. Ini semata taqdir Allah, yang boleh jadi sebagai bentuk istidraj untuk SBY agar ia merasa disayangi Allah karena menyelamatkannya dari skandal Century. Padahal gaya menjilatnya kepada Australia dengan memberi laporan kepada "tuannya" tersebut, menunjukkan bahwa SBY bukan sosok yang pantas mendapat pertolongan dari Allah dalam konteks kasih sayang. Tetapi "pertolongan" dalam konteks istidraj.
Pada sisi lain, mazhab wasath juga tidak membela jihad Aceh dengan membabi-buta sebagai kebenaran mutlak tanpa cela. Mazhab ini tetap memberikan analisa kritis atas amaliah jihad Aceh dengan catatan-catatan evaluasi, agar menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Sama sekali bukan karena faktor benci atau dengki. Tapi semangat saling menasehati dengan cinta. Rabbana la taj'al fi qulubina ghillan lilladzina amanu !
Refleksi ini ditulis dengan paradigma mazhab wasath. Maka, akan terasa menyakitkan bagi yang mendukung jihad Aceh dengan membabi-buta seolah tanpa cacat. Mohon maaf.
Menghidupkan Jihad Aceh
Jihad Aceh mencoba memelihara bumi Aceh yang penuh berkah agar tetap beraroma jihad, melanjutkan apa yang dilakukan sekian lama oleh Allah Yarham Daud Beureuh (Baca: Ber'eh) dengan gerakan DI/TII-nya. Pada zaman yang lebih tua, perang Sabil yang dilakukan rakyat Aceh melawan kafir Belanda.
Bumi jihad Aceh sempat dikangkangi oleh perlawanan dengan aroma kesukuan; sentimen Aceh melawan Jawa dengan nama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dengan matinya ruh perlawanan GAM - karena memang ruh kesukuan sejatinya lemah - maka terbuka peluang untuk membersihkan aqidah rakyat Aceh dari sentimen kesukuan tersebut. Dikembalikan kepada aqidah Islamiyah, yang karenanya jihadnya harus dengan paradigma fi sabilillah, bukan fi sabili GAM.
Namun sayang, tampaknya misi ini belum berhasil direalisasikan oleh pelaku, karena rakyat sudah sangat pro pemerintah setelah trauma dengan dampak sepak terjang GAM pada masa lalu. Mereka sudah terlanjur trauma terhadap apapun yang berbau senjata. Mereka sudah lelah dengan kekerasan.
Trauma ini hanya bisa diobati dengan dakwah, yang meluruskan rakyat Aceh dari aqidah Nasionalisme atau Kesukuan dan kembali kepada aqidah Islamiyah. Didakwahi untuk cinta jihad, mati syahid dan benci kepada sistem non Islam.
Pilihan Aceh untuk dijadikan front jihad, dan wilayah manapun di Indonesia, sesungguhnya perlu dikaji lebih dalam. Jihad membutuhkan "pemicu" sehingga bisa menarik umat Islam dalam jumlah masal untuk bergabung. Jika pemantiknya tidak cukup kuat, masyarakat tak tergerak untuk mendukung jihad. Faktanya, pelaku sama sekali tak memikirkan faktor pemantik ini. Mereka hanya menjadikan fardhu-nya jihad dan kemuliaan mati syahid sebagai pemantik. Padahal umat Islam sudah demikian terbelenggu oleh materialisme dan kenikmatan hidup (yang damai).
Pertanyaan masyarakat belum akan terjawab, jika sekiranya mereka sudah terpanggil mendukung jihad Aceh: memangnya jihad melawan siapa jika lokasinya di Aceh? Pertanyaan ini ternyata lebih fasih dijawab oleh polisi; tuh kan mereka ini orang-orang jahat, tidak ada musuh yang jelas kok ngajak perang. Mereka hanya mau membuat onar. Jika masyarakat Aceh ikut, hanya akan menambah kesengsaraan saja. DAKWAH POLISI ini terbukti lebih manjur dan lebih simpel, sehingga mudah dipahami masyarakat.
Keberhasilan Abu Mus'ab Az-Zarqawi menghidupkan jihad di Iraq karena ada pemicu yang sangat kuat, yakni hadirnya penjajah asing yang kafir dan sangat kejam. Tiga kata (yang dibold) tersebut menjadi pemicu yang sangat kuat, sehingga berhasil menarik pasukan Saddam dalam barisan jihad.
Pemantik yang digunakan oleh pelaku hanya kosa kata jihad, fardhu 'ain, Al-Qaeda dan mati syahid. Padahal kata ini masih sangat absurd di kalangan masyarakat yang mendiami sekitar lokasi "proklamasi jihad" Aceh tersebut. Bagaimana mungkin jihad di gunung bisa eksis, jika masyarakat di kaki gunung tidak mendukung, memberi bantuan logistik dan lain-lain. Dalam hitungan hari pasti akan digulung dengan mudah.
Para mujahid Aceh tampaknya bermazhab bahwa jihad adalah tujuan, bukan cara. Bahkan lebih ekstrim lagi, menjadikan mati syahid sebagai tujuan. Akibatnya, tak perlu mempertimbangkan analisa menang atau kalah, mampu atau tidak mampu. Pokoknya jihad. Sama dengan shalat, pokoknya harus dikerjakan di manapun dan dalam kondisi apapun, meski dalam keadaan sakit sekalipun. Padahal jika mujahid hanya merencanakan mati (syahid), ia sedang merancang kekalahan.
Jihad Aceh yang terjadi pada awal Maret 2010 begitu mengagetkan. Ketika sebelumnya masyarakat disibukkan dengan gonjang-ganjing Century, begitu muncul berita jihad Aceh, langsung Century dilupakan. Mengagetkan karena sebelumnya Aceh dikenal sebagai basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sangat bercitra lokal, berubah menjadi basis Al-Qaeda yang bercitra global.
Lebih mengagetkan lagi, mereka - yang selalu mendapat sebutan teroris itu - melakukan perlawanan dalam bentuk adu senjata secara terbuka di alam bebas. Hasilnya sungguh mengegetkan, beberapa anggota densus 88 yang dicitrakan sebagai pasukan preman seperti Blackwater - lengan bajunya dilinting untuk menonjolkan kesan macho - bisa dibunuh oleh mereka.
Sontak, berita Al-Qaeda Aceh menjadi boming. Belum reda panasnya kontak senjata di Aceh, segera disusul dengan tertembaknya (Ab) Dulmatin alias Amar Usman yang kepalanya dihargai 10 juta dolar oleh Amerika. Media masa hingar bingar memblow-up peristiwa ini.
SBY yang dirundung duka dengan tekanan bertubi-tubi terkait kasus Century, sontak wajahnya sumringah dan berseri-seri. Ia mendapat amunisi bagus untuk menutupi kasus Century. Di sisi lain, ia yang tengah berkunjung ke Australia dan mendapat "kehormatan" untuk menjadi pembicara di parlemen Australia - konon baru 5 kepala negara yang diberi kesempatan untuk itu - memiliki kesempatan istimewa untuk menjilat Australia. Ia dengan mengucap "alhamdulillah" melaporkan kepada tuannya keberhasilan menangkap gembong teroris (baca: tokoh mujahid) yang selama ini diincar seluruh dunia kafir.
Banyak analisa yang beredar di tengah masyarakat. Tapi sayang, umumnya terbelah dalam dua kubu yang sama-sama tidak benar dalam menyikapi masalah ini. Memandang masalah dengan kacamata yang salah.
Kubu Pertama: Penganut Teori Konspirasi
Penganut mazhab ini melihat jihad Aceh sebagai konspirasi SBY dan kepolisian RI untuk mengalihkan perhatian semata dari kasus Century yang puncaknya pada awal Maret 2010 lalu. Atau, konspirasi pematangan situasi untuk memberangus kaum radikal agar tercipta keamanan maksimal saat kunjungan Obama ke Indonesia yang dijadwalkan akhir Maret. (Alhamdulillah, tertunda hingga Juni, katanya).
Teori konspirasi esensinya adalah mekanisme "menyalahkan" musuh dengan menutup mata bahwa gerakan perlawanan di tengah umat Islam sejatinya realitas yang tak bisa ditolak. Teori konspirasi selalu berkonotasi bahwa musuh Islam amat hebat, bisa merancang apa saja dan merealisasikannya laksana alur cerita film, sementara umat Islam hanya sekawanan "kambing congek" yang bodoh dan tertindas. Teori konspirasi dilandasi pandangan bahwa sutradara segala kejadian di alam semesta adalah Yahudi, Israel, AS, Eropa, CIA, BIN, Kepolisian, dan seterusnya. Teori ini menihilkan taqdir Allah, kemampuan mujahidin dan umat Islam. Apapun kejadian yang merugikan umat Islam, selalu jawabannya sama: ada konspirasi Yahudi di baliknya. Seolah Yahudi "Penguasa Alam Semesta" yang seluruh rencananya dapat terjadi laksana skenario film di tangan sutradara.
Misalnya, ketika membedah serangan WTC yang meruntuhkan simbol ekonomi AS, para penganut teori konspirasi terbelenggu keyakinan bahwa itu semua bikinan AS. Usamah bin Ladin hanya pion yang dimanfaatkan oleh AS untuk mengacak-acak umat Islam. Buktinya? Dahulu saat Afghanistan melawan Uni Sovyet, mujahidin mendapat sokongan dari AS. Di dalamnya termasuk Usamah bin Ladin.
Mata rantai logika yang disusun, lalu kesimpulan yang dihasilkan sangat menggelikan. Mereka tidak sadar, teori ini bisa menyeret kesimpulan lain; bahwa nabi Musa as sebenarnya antek Fir'aun. Dalilnya? Karena pernah diasuh Fir'aun di istananya.
Para penganut mazhab konspirasi tidak percaya bahwa mujahidin bisa melakukan serangan spektakuler 11 September itu. Mereka terpenjara oleh pengalaman umat Islam yang terjajah sekian lama, tak mungkin ada di tengah umat Islam yang mampu melakukan perlawanan kepada kaum kafir.
Para penganut mazhab konspirasi berdalih, teknologi AS demikian canggih sehingga mustahil ada pesawat sipil yang lolos dari intaian radar AS, di negerinya sendiri. Mereka melupakan Ke-Maha Kuasa-an Allah, yang bisa menjadikan api yang pasti membakar, tidak memberi efek membakar bagi Ibrahim as. Mereka lupa, bahwa taqdir hancurnya WTC justru dengan membuat kaum Yahudi mengendus rencana penyerangan, dan mereka sengaja membiarkannya demi mengobarkan perang melawan umat Islam yang memang mereka inginkan. Inilah jalan taqdir yang Allah kehendaki untuk hancurnya WTC.
Para penganut mazhab konspirasi salah menyimpulkan. Mereka menyangka, sikap Yahudi yang membiarkan penyerangan berjalan mulus merupakan bukti konspirasi antara AS dengan Usamah bin Ladin. Subhanallah... Gara-gara teori menyesatkan ini, mereka menuduh mujahid yang prestasi jihadnya diakui dunia sebagai antek AS. Menuduh tokoh jihad sebagai pengkhianat hanya disebabkan teori konspirasi.
Penganut mazhab ini sangat banyak jumlahnya. PKS, HTI dan hampir seluruh elemen umat Islam yang beraliran perlawanan tapi modernis menggunakan mazhab ini. Lihat misalnya situs Eramuslim dan Hizabuttahrir. Analisanya selalu dilandasi teori konspirasi. Menyedihkan !
Kedua: Penganut Neo-Murji'ah
Penganut mazhab ini yakin seratus persen terhadap informasi yang datang dari pihak pemerintah, dalam hal ini kepolisian. Bahwa pelaku adalah kalangan umat Islam yang dengan sengaja melawan pemerintah yang "sah". Penganut Neo-Murji'ah mengambil sikap memusuhi para pelaku, dan percaya bahwa kejadiannya memang benar, bukan rekayasa atau hasil konspirasi tertentu, misalnya dari pihak pemerintah.
Penganut mazhab ini umumnya dari kalangan Salafi Murji'ah. Mereka menolak teori konspirasi, tapi di sisi lain, menghujat mujahidin dengan kalimat yang tajam. Biasanya menyebutnya sebagai Khawarij. Silakan lihat fenomena ini misalnya si situs-situs SM (Salafi Murji'ah) dan Radio Rodja Cileungsi. Salah satu tokoh penting mazhab ini Zainal Abidin (pendiri radio Rodja).
Kesalahan mazhab ini terletak pada kebenciannya yang membabi buta terhadap mujahidin. Mereka sama sekali tak mau mengakui status para "teroris" sebagai mujahidin. Bagi mereka para mujahidin lebih dibenci dibanding kebencian mereka terhadap George Bush, Ariel Sharon, Geert Wilders, dan tokoh-tokoh perusak Islam lain.
Penulis heran, jangan-jangan mereka belum pernah mempelajari konsep Wala' wal Bara' dengan benar. Atau kalaupun mempelajarinya, pasti dengan persepsi yang salah. Mereka sangat mencintai Sunnah, tapi sayang tidak mampu memilah mana musuh dan mana kawan. Mereka mengidentikkan istilah Teroris dengan Khawarij. Hasilnya, menurut mereka, Teroris akan menjadi anjing-anjing neraka Jahannam!
Mazhab Wasath (Aliran Pertengahan)
Bertolak belakang dengan hujatan kaum SM, penganut mazhab wasath dengan penuh rasa cinta menyebut mereka yang diberi gelar Teroris sebagai Mujahidin. Tentu saja Teroris yang muslim, dan ada kaitannya dengan membela Islam dan umat Islam. Bukan Teroris seperti Tentara Basque di Spanyol yang beragama Kristen.
Demikian pula, tak mau memandang jihad Aceh dengan teori konspirasi. Semuanya benar adanya, dilakukan oleh kalangan umat Islam yang sangat merindukan jihad dan mati syahid. Mereka termotivasi pahala yang demikian menggiurkan untuk aktifitas jihad dan karunia mati syahid. Adapun kejadiannya yang menyusul ramainya skandal Century, sama sekali tak bisa dipahami bahwa jihad Aceh hasil rekayasa kepolisian. Ini semata taqdir Allah, yang boleh jadi sebagai bentuk istidraj untuk SBY agar ia merasa disayangi Allah karena menyelamatkannya dari skandal Century. Padahal gaya menjilatnya kepada Australia dengan memberi laporan kepada "tuannya" tersebut, menunjukkan bahwa SBY bukan sosok yang pantas mendapat pertolongan dari Allah dalam konteks kasih sayang. Tetapi "pertolongan" dalam konteks istidraj.
Pada sisi lain, mazhab wasath juga tidak membela jihad Aceh dengan membabi-buta sebagai kebenaran mutlak tanpa cela. Mazhab ini tetap memberikan analisa kritis atas amaliah jihad Aceh dengan catatan-catatan evaluasi, agar menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Sama sekali bukan karena faktor benci atau dengki. Tapi semangat saling menasehati dengan cinta. Rabbana la taj'al fi qulubina ghillan lilladzina amanu !
Refleksi ini ditulis dengan paradigma mazhab wasath. Maka, akan terasa menyakitkan bagi yang mendukung jihad Aceh dengan membabi-buta seolah tanpa cacat. Mohon maaf.
Menghidupkan Jihad Aceh
Jihad Aceh mencoba memelihara bumi Aceh yang penuh berkah agar tetap beraroma jihad, melanjutkan apa yang dilakukan sekian lama oleh Allah Yarham Daud Beureuh (Baca: Ber'eh) dengan gerakan DI/TII-nya. Pada zaman yang lebih tua, perang Sabil yang dilakukan rakyat Aceh melawan kafir Belanda.
Bumi jihad Aceh sempat dikangkangi oleh perlawanan dengan aroma kesukuan; sentimen Aceh melawan Jawa dengan nama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dengan matinya ruh perlawanan GAM - karena memang ruh kesukuan sejatinya lemah - maka terbuka peluang untuk membersihkan aqidah rakyat Aceh dari sentimen kesukuan tersebut. Dikembalikan kepada aqidah Islamiyah, yang karenanya jihadnya harus dengan paradigma fi sabilillah, bukan fi sabili GAM.
Namun sayang, tampaknya misi ini belum berhasil direalisasikan oleh pelaku, karena rakyat sudah sangat pro pemerintah setelah trauma dengan dampak sepak terjang GAM pada masa lalu. Mereka sudah terlanjur trauma terhadap apapun yang berbau senjata. Mereka sudah lelah dengan kekerasan.
Trauma ini hanya bisa diobati dengan dakwah, yang meluruskan rakyat Aceh dari aqidah Nasionalisme atau Kesukuan dan kembali kepada aqidah Islamiyah. Didakwahi untuk cinta jihad, mati syahid dan benci kepada sistem non Islam.
Pilihan Aceh untuk dijadikan front jihad, dan wilayah manapun di Indonesia, sesungguhnya perlu dikaji lebih dalam. Jihad membutuhkan "pemicu" sehingga bisa menarik umat Islam dalam jumlah masal untuk bergabung. Jika pemantiknya tidak cukup kuat, masyarakat tak tergerak untuk mendukung jihad. Faktanya, pelaku sama sekali tak memikirkan faktor pemantik ini. Mereka hanya menjadikan fardhu-nya jihad dan kemuliaan mati syahid sebagai pemantik. Padahal umat Islam sudah demikian terbelenggu oleh materialisme dan kenikmatan hidup (yang damai).
Pertanyaan masyarakat belum akan terjawab, jika sekiranya mereka sudah terpanggil mendukung jihad Aceh: memangnya jihad melawan siapa jika lokasinya di Aceh? Pertanyaan ini ternyata lebih fasih dijawab oleh polisi; tuh kan mereka ini orang-orang jahat, tidak ada musuh yang jelas kok ngajak perang. Mereka hanya mau membuat onar. Jika masyarakat Aceh ikut, hanya akan menambah kesengsaraan saja. DAKWAH POLISI ini terbukti lebih manjur dan lebih simpel, sehingga mudah dipahami masyarakat.
Keberhasilan Abu Mus'ab Az-Zarqawi menghidupkan jihad di Iraq karena ada pemicu yang sangat kuat, yakni hadirnya penjajah asing yang kafir dan sangat kejam. Tiga kata (yang dibold) tersebut menjadi pemicu yang sangat kuat, sehingga berhasil menarik pasukan Saddam dalam barisan jihad.
Pemantik yang digunakan oleh pelaku hanya kosa kata jihad, fardhu 'ain, Al-Qaeda dan mati syahid. Padahal kata ini masih sangat absurd di kalangan masyarakat yang mendiami sekitar lokasi "proklamasi jihad" Aceh tersebut. Bagaimana mungkin jihad di gunung bisa eksis, jika masyarakat di kaki gunung tidak mendukung, memberi bantuan logistik dan lain-lain. Dalam hitungan hari pasti akan digulung dengan mudah.
Para mujahid Aceh tampaknya bermazhab bahwa jihad adalah tujuan, bukan cara. Bahkan lebih ekstrim lagi, menjadikan mati syahid sebagai tujuan. Akibatnya, tak perlu mempertimbangkan analisa menang atau kalah, mampu atau tidak mampu. Pokoknya jihad. Sama dengan shalat, pokoknya harus dikerjakan di manapun dan dalam kondisi apapun, meski dalam keadaan sakit sekalipun. Padahal jika mujahid hanya merencanakan mati (syahid), ia sedang merancang kekalahan.
Mantan Pejabat Intelejen Pakistan, InsyaAllaah Syahid AKibat Serangan Musuh-Musuh Islam
ISLAMABAD (zairajambi.blogspot.com) - Seorang mantan pejabat intelejen Pakistan (ISI) tewas saat akan melaksanakan shalat Jumat di sebuah masjid di desa Karamkot, yang terletak 5 kilometer sebelah barat dari jalan raya Mir Ali-Miramshah.
Khalid Khwaja yang baru memarkirkan mobilnya di halaman masjid, langsung ditarik keluar oleh seorang tak dikenal dan kemudian ditembak hingga meninggal.
Khalid Khwaja adalah mantan pejabat yang memihak kaum muslim. Ia pun secara terang-terangan mendukung Mujahidin dan mengkritik pemerintah teroris Amerika dan bonekanya, pemerintah Pakistan. Khalid Khwaja pun seorang aktivis hak asasi manusia yang meneriakkan pembebasan ribuan rakyat Pakistan yang telah dikurung di penjara rahasia oleh pemerintah boneka Pakistan di bawah tuduhan palsu terorisme.
Pelaku dari tindakan kriminal pembunuhan ini adalah Macan Asia yang sebelumnya menculik Khalid Khwaja. Kelompok Macan Asia ini bekerja untuk CIA.
Khalid Khwaja dianggap sebagai ancaman bagi Amerika. Hal ini tidak lain merupakan salah satu rencana yang dibuat jauh-jauh hari oleh pemerintah teroris Amerika untuk mencegah kaum Muslim lantang berbicara untuk melawan tirani Amerika di Pakistan.
Mereka menganggap pembunuhan yang dilakukan oleh Macan Asia ini dapat membuat orang lain diam. Namun itu hanya mimpi para musuh Islam semata.
Sedangkan ISI dan CIA mempropagandakan hal lain mengenai kematian ini. Mereka mengabarkan bahwa Khalid Khwaja tewas dibunuh oleh Mujahidin karena Mujahidin menuduhnya sebagai mata-mata CIA dan ISI.
Namun hal ini adalah dusta mereka yang lain lagi, semua kelompok Mujahidin di wilayah Pakistan mengirim telegram untuk mengetahui siapa yang berada di balik penculikan Khalid Khwaja, meskipun siapapun tahu bahwa CIA dan Macan Asianya ada di balik ini semua. Padahal sebaliknya. Bahkan pemimpin TTP, Hakimullah Mehsud juga memerintahkan untuk menyelidiki insiden yang menimpa Khalid Khwaja.
Saat jenazahnya hendak dikuburkan, mujahidin dan orang-orang yang melayatnya melihat wajah Khalid Khwaja yang bercahaya dan darahnya masih segar mengucur dari tubuhnya. (althaf/tum/arrahmah.com)
Sabtu, 01 Mei 2010
Lagi, Zionis Israel Tangkap 9 Penduduk Palestina di Tepi Barat
TEPI BARAT (Arrahmah.com) - Tentara zionis Israel kembali menangkap penduduk Palestina di Tepi Barat, kali ini 9 penduduk Palestina ditangkap dalam sebuah operasi yang dilakukan di berbagai tempat di Tepi Barat.
Operasi dilaksanakan sejak Kamis (29/4) pagi hingga sore hari.Militer zionis mengatakan telah menangkap sembilan orang di Berthlehem, Ramallah dan Jenin.
Mereka mengklaim bahwa sembilan orang tersebut adalah orang-orang yang sangat dicari.
Sehari sebelumnya, para zionis menangkap 13 sipil Palestina di wilayah selatan Tepi Barat.
Kesembilannya telah dimasukkan ke dalam penjara Israel. Militer zionis tidak memberikan penjelasan atas penangkapan mereka.
Lebih dari 11.500 penduduk Palestina berada dalam tahanan Israel termasuk kaum perempuan dan anak-anak, mereka berada dalam kondisi yang sangat buruk.
Hukum-Hukum Tentang Mati Syahid
Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin terbunuh di jalan Allah kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi kemudian terbunuh. (HR. Al Bukhari)
Mengharap dan mencari syahid adalah bentuk amalan yang paling utama. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pun sangat berharap agar mati syahid:
Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin terbunuh di jalan Allah kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi kemudian terbunuh.1
1 HR Al-Bukhari (2797).
Sebagaimana juga dalam hadits Sahl bin Hanif bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
1 HR Al-Bukhari (2797).
Sebagaimana juga dalam hadits Sahl bin Hanif bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Barang siapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur, Allah akan menempatkannya dalam kedudukan orang-orang yang mati syahid meski ia mati di atas kasurnya.2
2 HR Muslim (5039).
Dibenarkan menyebut syahid kepada setiap mujahid yang terbunuh di jalan Allah berlandaskan pada keadaan lahiriah dan mengembalikan segala yang tersembunyi hanya kepada Allah.
Hadits yang berbunyi:
Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang.3
3 HR Muslim (4991).
Hadits ini dan juga hadits-hasits lainnya yang senada tidak bisa difahami secara mutlak tetapi ada beberapa pengecualian. Yaitu; orang yang telah menunjuk seorang wakil untuk menunaikan hutangnya, yang meninggalkan tebusan untuk hutangnya dan yang berniat untuk melunasi hutangnya. Ini sebagaimana yang telah ditetapkan oleh para ulama Fikih.
Pemahaman yang benar tentang batasan kawasan perang adalah satu kawasan perang yang terjadi pertempuran di dalamnya. Bahkan batasannya tidak hanya terbatas pada satu kawasan saja. Ia bisa membentang sampai ratusan ribu mil. Ini karena jangkauan persenjataan modern yang sangat luas yang biasa dikenal dengan pentas operasi, baik itu udara, laut maupun darat.
Dibenarkan bahwa setiap muslim yang terbunuh di tangan orang-orang kafir adalah syahid.
Demikian pula para ulama sepakat bahwa setiap muslim yang membunuh diri tanpa sengaja atau dibunuh temannya muslim tanpa sengaja dalam pertempuran tetap disebut syahid.
Bila ditemukan satu jasad dalam pertempuran dan padanya tidak anda tanda apapun yang dapat menunjukkan tentang kematiannya maka yang rajah ia tetap disebut sebagai syahid dalam pertempuran. Denikian pendapat mazhab Syafi'i, Maliki dan satu riwayat dari imam Ahmad.
Para ulama empat mazhab bersepakat bahwa orang syahid dalam pertempuran tidak disyaratkan harus terbunuh dengan senjata tertentu. Namun yang menjadi syarat adalah terbunuh karena disebabkan musuh.
Jumhur ulama sepakat bahwa orang syahid dalam pertempuran tidak perlu dimandikan.
Para ulama Fikih sepakat bahwa mengafani orang yang syahid cukup dengan pakaian yang dikenakan ketiaka ia syahid itu disyariatkan. Dan yang rajih tidak boleh melepaskan pakaian tersebut dan menggantinya dengan selainnya.
Orang yang syahid apabila pakaiannya terampas dalam pertempuran maka ia harus dikafani sebagaimana orang yang meninggal pada umumnya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa semua yang dipakai oleh orang yang syahid dilepas kecuali pakaian. Maka senjata, baju besi atau penangkal peluru harus dilepas.
Tentang menshalatkan orang yang syahid, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Yang dibenarkan dalam persoalan ini adalah dipersilakan memilih antara menshalatkannya atau tidak. Karena kedua pendapat tersebut sama-sama ada atsar yang melandasinya.
Orang yang syahid dikebumikan di tempat ia terbunuh bila memungkinkan. Namun bila tidak memungkinkan entah karena khawatir jasadnya akan dicuri, dibakar atau dicincang maka boleh memindahkannya ke tempat yang lain.
Ya Allah aku memohon kepada-mu kehidupan bahagia, mati syahid dan kemenangan atas musuh.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Saudara kalian Abdullah bin Muhammad Al-Manshur (1426 H)
Source : Brain News
Petraeus: Momen Sulit Yang Harus Dihadapi Di Selatan Afghanistan
KABUL (Arrahmah.com) - Momen yang sangat sulit sedang berlangsung di Kandahar, Afghanistan selatan, di mana ribuan pasukan salibis AS, NATO, dan Afghanistan bersiap-siap untuk melaksanakan serangan terakhir dari rencana perang yang sudah ditetapkan, jenderal terkemuka AS mengatakan dalam sebuah kunjungan mendadaknya di Afghanistan hari Jumat (30/4).
Jenderal David Petraeus, kepala Komando Sentral AS, melakukan kunjungan ke Kandahar dan sekitarnya untuk meningkatkan dukungan terhadap operasi militer yang bertujuan untuk mencerabut Taliban dari kubu selatan.
"Ada momen yang sangat sulit di Kandahar dalam beberapa pekan terakhir. Dan kita tahu bahwa akan ada yang lebih sulit dalam beberapa minggu dan beberapa bulan ke depan," kata Petraeus, yang ditugaskan untuk mengawasi Irak dan Afghanistan.
"Seperti yang telah kami pelajari di Irak, dan seperti yang telah kami pelajari kembali di Afghanistan, saat Anda berjuang untuk mengambil momentum, serta mengambil tempat-tempat keramat dan benteng pertahanan musuh, musuh akan melawan balik. Dan perlawanan itu bisa jadi sangat sulit untuk ditengarai," lanjut Petraeus.
Pasukan AS, yang juga merupakan bagian dari 30.000 pasukan tambahan dari Presiden AS BArack Obama, baru saja memasuki Kandahar. Pasukan salibis internasional, bermitra dengan pasukan keamanan Afghanistan, akan 'mengamankan' daerah di sekitar kota yang telah menjadi saksi berbagai macam serangan peringatan dari mujahidin dalam beberapa bulan terakhir.
Jika strategi NATO ini berhasil, maka NATO mengklaim situasi yang semakin 'aman' akan memberikan kesempatan bagi pemerintah Afghanistan untuk mendapatkan pijakan yang lebih baik di Kandahar dan masyarakat internasional dapat mengalirkan kembali bantuan untuk 'meningkatkan' kualitas hidup penduduk.
"Operasi di Kandahar tidak akan berupa serangan konvensional," kata Petraeus.
"Musuh melakukan perlawanan balik, dan pengalaman kami di Irak mengatakan bahwa operasi ini akan menjadi semakin sulit terlebih dahulu sebelum akhirnya berubah menjadi mudah."
Pada konferensi pers, Petraeus mengatakan kehadiran Amerika di Afghanistan tetap penting.
"Di sinilah, di Kandahar, serangan 11 September direncanakan," katanya. (althaf/ans/arrahmah.com)
Langganan:
Postingan (Atom)
Pengikut
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2010
(7)
-
▼
Mei
(7)
- Sidang Ke-11 M Jibriel, Saksi Abu Wildan : M Jibri...
- Amir Taliban Pakistan Berjanji Akan Membalaskan De...
- Refleksi Jihad Aceh 2010
- Mantan Pejabat Intelejen Pakistan, InsyaAllaah Sya...
- Lagi, Zionis Israel Tangkap 9 Penduduk Palestina d...
- Hukum-Hukum Tentang Mati Syahid
- Petraeus: Momen Sulit Yang Harus Dihadapi Di Selat...
-
▼
Mei
(7)